Pemilihan Rektor IAIN Lhokseumawe, Ajang Adu Kuat Dukungan Parpol

ANALISA INDONESIA

- Redaksi

Kamis, 27 Maret 2025 - 00:51 WIB

5086 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Opini oleh : Sri Rajasa, M. BA

PERGURUAN tinggi sejatinya sebagai center of gravity pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dengan menjunjung tinggi nilai etika moral yang patut dijadikan teladan bagi pembangunan manusia Indonesia. Perguruan tinggi memiliki karakteristik istimewa yang menjunjung tinggi sifat independen, netral, dan inovatif serta kritis terhadap setiap perubahan social, politik dan ekonomi. Ironinya, mekanisme pemilihan rektor, sebagai pemegang otoritas tertinggi di perguruan tinggi, justru tercemar oleh intervensi partai politik, kolusi dan nepotisme.

Pemilihan rektor IAIN Lhokseumawe yang baru saja selesai dilaksanakan, telah menyisakan duka cita terhadap visi misi perguruan tinggi sebagai pengemban etika intelektual yang menjunjung tinggi independensi dan bebas dari pengaruh kepentingan kekuasaan politik.

Pemilihan rektor IAIN Lhokseumawe, dengan mekanisme berjenjang, mulai dari penjaringan bakal calon, pemberian pertimbangan, seleksi, dan penetapan oleh Menteri Agama. Sesungguhnya sudah sejak lama menuai kritik sebagai “mekanisme feodalistik”, karena berpandangan bahwa tidak selayaknya Menag sebagai pihak di luar kampus ikut campur tangan secara berlebihan (offside) dalam menentukan pimpinan kampus. Sebagai pihak yang tidak inheren dengan urusan kampus, otoritas Menag dalam menentukan Rektor, sarat oleh pertimbangan kekerabatan dan kedekatan (dinasti).

Kisruh mekanisme pemilihan rektor untuk perguruan tinggi Islam, semakin diperburuk oleh kuatnya campur tangan partai politik penguasa, terlebih lagi wakil menteri agama berasal dari kader parpol. Pemilihan rektor IAIN Lhokseumawe, alih-alih sebagai ajang adu kemampuan intelektual, kemampuan managerial dan profesionalisme kepemimpinan, justru yang terjadi adalah para kandidat berlomba mencari rekomendasi petinggi partai politik yang berkuasa.

Fenomena cawe-cawe partai politik, dalam pemilihan rektor IAIN Lhokseumawe, merupakan musibah bagi kelangsungan profesionalisme perguruan tinggi. Pergantian Rektor merupakan perwujudan suatu arah baru sistem pendidikan yang terus berkemajuan, bukan dalam rangka menjadikan kampus sebagai basis kekuatan partai politik. Sudah saatnya mahasiswa berani melawan arus untuk sebuah perubahan, karena hanya tinja dan bangkai yang mengikuti arus.

Penulis adalah Pemerhati Intelijen

Berita Terkait

Gaul Boleh, Bebas Jangan: Tips Pergaulan Sehat

Berita Terkait

Rabu, 4 Juni 2025 - 15:33 WIB

Mahasiswa Edukasi Gen Z, Waspadai Perekrutan Tenaga Kerja Scam Online di Luar Negeri dan Migrasi Secara Aman

Jumat, 30 Mei 2025 - 19:47 WIB

Kopdes Merah Putih Buka Lapangan Kerja, Pengamat: Solusi Atasi Pengangguran dan Kemiskinan Desa

Rabu, 28 Mei 2025 - 23:51 WIB

Pengamat: Fitnah Lewat Rekaman Budi Arie Bukan Kritik, Tapi Kriminal, Tindak Tegas!

Selasa, 29 April 2025 - 21:25 WIB

Perayaan May day 2025, Federasi Buruh Kerakyatan: Jaga Kamtibmas

Senin, 31 Maret 2025 - 03:15 WIB

Kasad dan Ketua Umum Persit KCK : Idul Fitri 1446 H, Momen Saling Memaafkan dan Buka Lembaran Baru

Sabtu, 29 Maret 2025 - 22:21 WIB

SKCK Dihapus, Bangsa Indonesia Kehilangan Moral

Kamis, 27 Maret 2025 - 15:09 WIB

CERI Apresiasi Pimpinan DPR dan Komisi 3 Cepat Respon Laporan Masyarakat

Rabu, 19 Maret 2025 - 16:18 WIB

Kakanwil BPN Kepri Nurus Sholichin Dampingi Menko AHY, Menteri Iftitah Sulaiman dan Wamen Ossy Dermawan Dalam Penyerahan Sertipikat HM di Rempang Batam

Berita Terbaru